Friday 20 January 2023

SUBARDI SLAMET BOCAH 9 TAHUN, PENULIS 100 PUISI DALAM WAKTU SATU BULAN

Di jaman milenia ini tak banyak orang yang mengapresiasi karya puisi, pantaslah jika keberadaannya seolah tak banyak diminati dan tidak pernah ada seorang penulis puisi yang viral seperti jamannya Chairil Anwar. Padahal puisi menjadi masih tetap menjadi mata pelajaran pokok yang sangat baku dan mungkin tidak terhapuskan meski kita sudah berganti-ganti kurikulum beberapa kali. Puisi sebuah karya yang untuk penciptaannya membutuhkan rentang waktu belajar yang panjang karena begitu sulitnya untuk menguntai kata-kata dan sajaknya. Bahkan seseorang yang belajar sampai jenjang tertinggipun belum tentu piawai ketika diminta menuliskan sebuah puisi. Banyak orang menguasai berbagai bidang ilmu dan akademik tetapi tak seuntai kalimatpun tertulis di lembar pertama ketika dia harus menulis puisi, maka tak heran untuk memikat hati seorang gadis yang menggoda hatinya dia tetap tak bisa juga. Puisi benar-benar karya yang harus mendapat tempat yang istimewa dijajaran karya-karya lainnya karena penciptaanya yang tak dapat dilakukan oleh setiap orang. Hanya orang-orang dengan ide, gagasan, dan kreatifitas yang luar biasa yang dapat menciptakan puisi yang terlahir dari segala imajinasi yang dialami, dirasakan, dilihat bahkan segala perasaan yang paling halus mampu ia tuangkan kedalam kata-kata menjadi indah, menarik dan berkesan serta membuat orang yang membacanya ikut terhanyut ke dalam situasi yang tercipta


Ketika lima tahun yang lalu seorang bocah kelas 2 SDN 01 Wringinagung yang berusia 9 tahun bernama Subardi Slamet Apriliyanto berhasil menciptakan 100 puisi dalam waktu 1 bulan, ini adalah sebuah karya yang luar biasa karena tidak semua anak dan tidak semua orangtua bs amelakukannya. Dari sejumlah murid hanya Subardi yang mampu menciptakan puisi dari waktunya ia bermain, bersama orangtua, dan tentang apa saja yang dia lihat dalam keseharannya bahkan Subard kecil juga mengamati segala hal tentang desa, kota dan juga presiden jokowi, Dedy Corbuzier,  dan guru-gurunya tak luput dari imajinasinya. Benar-benar karya yang elegant karena penggunaan kata-kata yang apa adannya tanpa rekayasa tetapi mencerminkan sebuah keseharian dan kenyataan yang ada dengan segala hal yang semua orang sering mengalaminya tetapi tak mampu menuangkannya dalam kata-kata.

Sejauh mata memandang yang tak pernah berujung, sebesar kehidupan sederhana yang Subardi lakukan teryata belum mampu menembus hati masyarakat kita. Hingga tiada penghargaan apapun untuk karya besarnya. Kini setelah 5 tahun berlalu karya-karya Subardi dalam buku yang berjudul “Jago Puisi Anak TBM Cerdas”. Meski belum ada pihak siapapun yang mengenal karya Subardi tetapi kelak akan menjadi rujukan bagi anak-anak sekolah untuk bisa berkarya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinnya tanpa mempedulikan  penghargaan orang lain.https://www.google.com/search?q=naskah+cerita+islami&oq=n&aqs=chrome.2.69i60j69i57j69i59j46i131i199i433i465i512j46i131i433i512j0i131i433j69i60l2.3959j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

Teman-teman pembaca marilah saling menghargai karya-karya dari orang lain karena karya adalah kwalitas dan kita belum tentu mampu melakukannya. Salam baca.

 


No comments:

Post a Comment